MBG Bukan Sekedar Memberi Makan, Ia Menumbuhkan Asa Mendenyutkan Bangsa

oleh -26 Dilihat
oleh

HUD HUD, Jakarta -Di tengah kebisingan politik dan silang opini yang sering kali menenggelamkan makna, Indonesia sebenarnya sedang menjalankan salah satu program sosial terbesar dan paling visioner dalam sejarah Bangsa Indonesia. Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini bukan sekadar menyalurkan makanan, ia menyatukan dapur rakyat dari Sabang sampai Merauke, dan membuktikan bahwa negara bisa hadir di meja makan rakyatnya sendiri.

Hingga pertengahan Oktober 2025, Prabowo Subianto melaporkan bahwa 36 juta anak Indonesia telah menerima manfaat MBG. Itu bukan sekadar angka, melainkan 36 juta kisah anak-anak yang kini belajar dengan perut kenyang, puluhan juta ayah-ibu yang tersenyum karena keluarganya diperhatikan, dan petani kecil yang hasil panennya kini dibeli oleh dapur negara.

Dapur Menyala, Rakyat Bergerak

Lebih dari 10.000 dapur MBG kini berdiri dan beroperasi di seluruh pelosok nusantara (BGN menyebut telah membangun 10.012 dapur hingga akhir September 2025).
Setiap dapur, atau Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut sebagai “Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG)”, melayani 3.000 hingga 4.000 penerima manfaat setiap hari.

Dari dapur inilah, ekonomi rakyat berdenyut kembali, karena MBG bukan hanya tentang gizi, tapi tentang dignity, tentang harga diri bangsa yang mulai tumbuh dari dasar yang paling sederhana: piring nasi rakyat.

Program ini telah menjadi simbol gotong royong modern. Di sana, ibu rumah tangga, petani, nelayan, pedagang, dan pelaku UMKM bersatu dalam satu cita-cita menghidupi sesama. Inilah wajah baru nasionalisme, bukan lagi hanya dalam pidato, tetapi dalam tindakan nyata yang memberi makan dan memberi kehidupan.

Kebangkitan Ekonomi dari Dapur Rakyat

Menurut data BGN dan Kementerian UMKM, program MBG telah melibatkan lebih dari 30.000 UMKM secara langsung, dan berpotensi membuka peluang bagi 29 juta pelaku usaha mikro di sektor pangan dan distribusi.
Dari dapur kecil di Bima hingga usaha katering di Bandung Barat, mereka kini menjadi bagian dari rantai ekonomi baru yang hidup.

Setiap bahan pangan yang dibeli dari petani lokal, setiap tenaga dapur yang digaji dari hasil kerja gotong-royong, adalah perputaran ekonomi yang nyata. MBG telah membuktikan bahwa ekonomi kerakyatan bukan slogan kosong, tetapi sebuah sistem yang bisa berjalan ketika negara berpihak dan rakyat diberdayakan.

Kasus Keracunan, Catatan Teknis, Bukan Cacat Program

Benar, hingga pertengahan Oktober 2025, tercatat lebih dari 11.000 kasus keracunan dari berbagai daerah. Namun jika dibandingkan dengan 36 juta penerima manfaat, persentasenya hanya sekitar 0,03% atau tiga dari setiap sepuluh ribu penerima.

Ini bukan kegagalan, melainkan konsekuensi logis dari operasi sosial raksasa yang baru berjalan dalam hitungan bulan. Pemerintah tak menutup mata, hingga pertengahan Oktober, 326 dapur telah bersertifikat laik higienis. Jadi mari kita proporsional.

Jangan karena segelintir kasus, kita menutup mata terhadap lautan manfaat. Jangan karena kesalahan teknis, kita mematikan api semangat yang sudah membakar semesta dapur rakyat di seluruh negeri.

Kebaikan yang Terlalu Besar untuk Dikecilkan

Di balik semua angka, ada kisah-kisah kemanusiaan yang nyata.
Anak-anak sekolah di kota dan pedalaman kini bisa sarapan bergizi sebelum belajar. Ibu-ibu di berbagai pelosok negeri ini bekerja di dapur MBG dan membawa pulang upah yang layak. Petani sayur tak lagi cemas karena hasil panennya diborong untuk suplai pangan MBG.

Program ini adalah gerakan sosial yang menumbuhkan ekonomi, menyalakan solidaritas, dan memulihkan harapan.
Untuk pertama kalinya, negara hadir bukan hanya dalam bentuk regulasi, tapi dalam bentuk sepiring nasi yang bergizi dan bermakna.

Jangan Politisasi, Mari Kawal Bersama

MBG adalah bukti bahwa kebijakan besar bisa menyentuh kehidupan kecil. Ia mempertemukan visi kepemimpinan, solidaritas sosial, dan kekuatan ekonomi rakyat.
Tentu ada kekurangan, tapi kebaikan yang dihasilkannya jauh lebih besar daripada masalah yang menyertainya.

Karena sejatinya, politik akan berlalu, tetapi kebaikan akan tinggal. Dan MBG adalah kebaikan besar yang sedang tumbuh di tengah bangsa ini. Jadi, tak perlu dipolitisasi. Mari kita jaga, kawal, dan sempurnakan program ini bukan demi pemerintah, tetapi demi jutaan anak bangsa yang kini tumbuh lebih sehat, lebih kuat, dan lebih bahagia karena sepiring makan bergizi dari tangannya sendiri.

Oleh: Rival Achmad Labbaika
– Ketua Umum Aliansi Jurnalistik Online Indonesia (AJOI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.