Irma Suryani Komisi IX DPR RI Akan Meminta Menteri Kesehatan Koordinasi Dengan Diskes Muara Enim Mengawal Kasus, Dugaan Malpraktek

oleh -104 Dilihat
oleh

Gelumbang HudHudnews.co Sumsel

Garma bocah 9 tahun asal Desa Midar Kec Gelumbang Muara Enim korban dugaan malpraktik medik oknum dokter bedah senior inisial BS (dr. Bujang Susanto, Sb) pada rumah sakit pertamina prabumulih turut menarik perhatian praktisi hukum perwakian Indonesia Police Watch (IPW) Ricky MZ SH CPL didampingi tim lawyer RA & Partners bersama Anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani SE MM saat mengunjungi Desa Midar Kec. Gelumbang. (18/08/2023).

Awalnya kasus garma terjadi sekira desember 2022 oleh oknum dokter bedah RS. Pertamina Prabumulih -garma didiaknosa “kolik abdomen”. Pada bulan yang sama akhirnya masuk ruang operasi, bedah perut operasi 1 hingga operasi ke 2. Kemudian januari 2023 garma dirujuk balik alias dipulangkan oleh pihak rumah sakit. Akhir bulan juni 2023 garma dirujuk dan kembali melakukan operasi yang ke 3 di RSUP Dr. M. Hoesin Palembang selama 23 hari masa perawatan.

Ricky SH ketika dipinta tanggapan “fokus advokasi kasus garma sampai ke meja hijau”, bilamana nantinya investigasi mengarah pada tindak kriminal maka tidak menutup kemungkinan berujung LP ke Kantor Polisi dan Gugatan ke Pengadilan. Kendati beberapa waktu lalu telah disampaikan somasi ke direktur RS Pertamina Prabumulih dr. Ramadhi Teguh Basuki, Sp.FK via humas RS Fitra Ardiansyah.

Ditayakan, saat ini tim lawyer masih menunggu hasil aduan ke Majelis Kode Etik Kedokteran (MKDI), bukan tanpa sebab yang diadukan mengenai dugaan kelalaian/kesalahan medis atas diaknosa awal pasien dan pada operasi 1 serta operasi yang ke-2 hal mana dugaan telah terjadi “kegagalan dalam proses operasi”. Sekaligus meminta MKDI untuk melakukan checking diaknosa serta rekomendasi dari oknum dokter bersangkutan pasca operasi, termasuk untuk membuka hasil resume penanganan/perawatan pasien. Temuan tim pasca operasi kondisi garma diantaranya area luar perutnya membusuk, keluar cairan. Usus menjadi tempat keluarnya kotoran besar. Saat ini garma mengalami cacat fisik pada perut bagian luar, punggung hingga kaki hingga tertariknya otot bagian punggung. Perubahan psikis, trauma berobat ke dokter dan rumah sakit. Selain itu garma juga terancam putus sekolah yang saat pembagian raport ia dinyatakan tidak naik kelas.

Ditambahkannya, banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya kelalaian atau kesalahan medik dari profesional dokter. Pertama, kelalaian ataupun kesalahan dapat saja terjadi karena kurangnya kehati-hatian, hal mana terkadang tidaklah dikendaki oleh profesional dokter bersangkutan. Kedua, dapat pula sebab kurangnya ilmu, pengetahuan, serta keterampilan yang dimiliki, atau masih minimnya pengalaman alias jam terbang dari profesional dokter itu sendiri. Lebih-lebih dalam hal penanganan yang sifatnya spesifik, sebut saja dalam hal bedah organ bagian dalam tubuh manusia.

Dalam kasus garma bocah 9 tahun ini dapat saja dilakukan deteksi dari hasil diaknosa awal, apakah hasil dan tujuan akhirnya mengarah pada suatu penanganan tertentu yang kemudian diambil keputusan untuk dilaksanakannya operasi. Selain itu mengenai peralatan di ruang operasi pada rumah sakit yang telah cukup memadai untuk pelaksanaan operasi atau belum, dan lain sebagainya. Ini satu hal diantara yang harus menjadi pertimbangan profesional dokter maupun pihak rumah sakit untuk melaksanakan suatu tindakan medis. Keselamtan dan kesehatan pasien haruslah menjadi pijakan sebelum melaksanakan tindakan operasi. Lebih-lebih dalam konteks penanganan pada suatu operasi organ tubuh bagian dalam seseorang, tuturnya.

Ditempat yang sama desa midar ketika ditanyakan kepada Pak Gimat orang tua kandung garma, awal anaknya terjatuh dari kamar mandi, lalu terkena benturan sudut beton bak mandi, yang berakibat memar pada bagian luar perut. Garma kami bawa ke RS. Pertamina Prabu. “Nah dak tau selang berapo minggu uji dokter nak di operasi , “yo dok kami melok be demi pulihnyo anak ini”, kenangnya,Setelah selesai operasi pertama (1)dilakukan empat hari sesudahnya terjadi keluhan pada garma karna perutnya kembung dan sakit serta kepanasan, dan  dihari kelima (5)kemudian garma dioperasi kembali kedua kali namun yg terjadi perut garma bertambah parah karna membusuk beberapo harinyo garma dibalekkan ke rumah,  sampe-sampe (mohon maaf) kotoran BAB beserak keluar melalui usus di perut , Garma laju takut makan khawatir BAB dari usus”, keluhnya.

Sementara saat dikonfirmasi  awak media pihak humas Rumah sakit prabumulih ,fitrah berdalih mengatakan bahwa pihak rumah sakit sudah bekerja sesuai prosedur rumah sakit,ujarnya.

Masih di tempat yang sama anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani SE MM menyampaikan keprihatinannya. Menurutnya dalam kasus Garma Pemerintah Daerah harusnya punya tanggung jawab moral sedari awal kasus ini muncul. Sudah tau ada kondisi seperti ini harusnya merekomendasi merujuk Garma ke rumah sakit yang baik, rumah sakit yang punya alat cukup dan lain sebagainya, sehingga kondisi fisik dan psikisnya tidak seperti sekarang ini. Hal seperti ini sangat disayangkan dan tidak boleh terjadi lagi. Irma berjanji akan menyampaikan persoalan ini kepada Menteri Kesehatan, tutupnya.(arwin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.