Tulang Bawang Barat.hudhudnews.co
– Dugaan malpraktek proses persalinan seorang ibu rumah tangga asal Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) Lampung, yang diduga mengakibatkan bayi meninggal dunia setelah dirujuk ke RS di Lampung Tengah, Direktur Klinik Ibu dan anak Ummi Athayya Tubaba, dr.Tanti Arianti Sp.,OG memberikan keterangannya kepada media pada Sabtu (18/3/2023) melalui sambungan telpon seluler.
“Pasien itu terakhir konsul di Klinik Ibu dan anak Ummi Athayya, dan USG pada 18 Januari 2023, dan dari tanggal 18 Januari itu sudah saya sampaikan agar segera dioperasi, karena kondisi bayinya sungsang. Setelah itu pasien itu menolak dan menghilang tidak datang lagi ke Klinik” kata dr.Tanti
Menurut Tanti, pasien tercatat masuk klinik pada jam 4.10 pada minggu pagi pada 12 Maret 2023, lantaran dirinya tidak tidak berada di tempat, tetapi jika terdapat pasien emergensi direktur klinik tersebut mengaku akan ditelpon dari kliniknya.
“Pasien itu, coba bayangin dari 18 Januari sampai Maret, jadi usia kandungan itu sudah hampir satu tahun, normalnya kan 9 bulan, kalau dia bilang 9 bulan 10 hari itu salah banget karena ada datanya, jadi usia kandungannya itu sudah 43 minggu, udah 11 bulan 3 minggu.” kata Tanti
dr.Tanti mengatakan, pasien saat datang telah dilaporkan langsung kepada dirinya.
“Saya bilang kalau misal memang tidak memungkinkan untuk persalinan normal, siapkan untuk operasi, tapi cari dulu teman-teman yang standby, karena biasanya kalau minggu jarang ada dokter yang standby, jadi butuh waktukan untuk ngumpulin tim” katanya
Lanjut Tanti, setelah pasien diperiksa oleh dokter umum klinik, melihat kondisi dan kesiapan pasien untuk melahirkan, pihaknya mempersiapkan proses persalinan.
“Itu sudah buka lengkap, sudah keluar setengah, posisi bayinya laki-laki dan kelamin bayinya sudah kejepit. Kemudian tim medis yang menolongnya ramai, enam sampai tujuh orang, jadi kalau dibilang cuma satu orang itu tidak pernah. Kalau di Klinik itu semua kerjasama, dokternya ada dua, bidannya ada enam” ungkapnya
Karena bayinya itu sudah lengkap bukaannya, udah kejepit kelaminnya, jadi memang dari awal sampai kondisi bayinya memang sudah jelek, jantungnya sudah lemah, dipasang oksigen itu bukan karena ibunya yang lemah, ibunya segar bugar, tetapi dipasang oksigen supaya bayinya terbantu mendapatkan oksigen.Karena ibunya itu anaknya ke empat, alhamdulillahnya sih, ibunya tidak susah lahir.
Disitu selain yang bidan rame itu, memang disitu ada mama, yang memang bidan senior, yang istilahnya sudah apapun itu dia bisalah, itu dil atas izin saya karena saya dokter kandungan juga sampai pasien siap untuk dirujuk.
Kalau yang nolong bersama dokter jaganya, dokter lilik, dr.tari. Setelah pasien lahir, bayinyakan dari awalnya memang sudah jelek, kenapa kok kelaminnya gede karena kejepit dan bengkak.
Maaf ini sebenarnya tidak boleh saya ceritakan, ini rahasia medis, tetapi karena media telah investigasi dan mengumpulkan informasi, saya harus klarifikasi juga. Tetapi untuk hal-hal tertentu bolehlah untuk di klarifikasi.
Jadi sesaat setelah kelahiran tadi dengan dokter yang melayani banyak, itu bayi itu kondisinya sudah jelek, gak parah amat kondisinya kalau tidak disedot otomatis. Untuk semua orang juga tahu silahkan RJP…. Paru-parunya kayak ketekan tekan RJP.
Karena kondisi bayi itu sudah 44 minggu bayi itu sudah busuk, melotok kulitnya, jelek banget, sehingganya kalau ketekan dikit kulitnya melotok, apa lagi kalau RJP itu tidak boleh berhenti sampai bayi itu napas, meskipun sampai merah atau biru kulitnya, karena salah satu usaha untuk si bayi itu.
Pasien itu kalau untuk mengeluarkan ari-ari ya udah otomatis berarti tali pusar dipotong, setelah itu dilakukan untuk mengeluarkan plasenta, karena ari-ari nya sudah busuk, berarti mau coba mengeluarkan plesenta semua putus, memang benar putus mungkin, karena memang dilaporan dilakukan tindak manual, memang mengeluarkan plasenta itu diambil secara manual menggunakan tangan, jadi tidak bakal utuh jika disamakan dengan bayi yang sehat, baru dipegang sudah hancur ari-artinya, didalamnya saja sudah hancur lebur, tidak berbentuk lagi plasentanya.
Kalau ibunya gak pernah capek, ibunya sehat wallafiat gak ada yang lemas-lemas, segar bugar, kalau pun lemas ya mungkin memang lemas, tidak ada keluhan. Terus sebaiknya lagi bayi Itu harus segera dirujuk karena kami tidak ada alat bantu napas, kalau misalnya kami mau nge RJP terus ya takut juga.
Setelah beberapa kali RJP bayi itu sudah hidup, bernapas bisa, sudah mulai nangis, karena sudah mulai nangis tapi tidak bagus banget. Segera dicatat tempat rujukan. Tempat rujukan itu sudah saya konsultasikan juga dengan dokter anak, membutuhkan alat bantu napas bayi.
Kami sudah menghubungi lima rumah sakit, kami tapi ditolak, ditolak bukan tidak mau menerima, tetapi keren semua rumah sakit itu tidak punya alat itu dan sebagian penuh. Dari jam 7 kami telpon koordinasi boking segala macam dan dirujuk jam 8.
Yang bisa menerima RS Puri, itu pun sebenarnya bukan alat yang diharapkan banget, karena dia bukan pentilator tetapi alat bantu biasa, harusnya bisa lebih maksimal.
Dari awal sudah kami jelaskan ke pasien, awalnya tidak mau dirujuk berharap tetap dirawat di Klinik, salahsatunya mungkin karena BPJSnya belum beres. Tapi biasanya tempat kami pasien BPJS kami bantu di urus, karena bisa masih ada waktu untuk di urus, setidaknya bayinya bisa tertolong dulu, dan akhirnya dapat di ruangan di RS Puri.
Kami tidak ingin tahu bayi itu meninggal, karena memang sudah dirujuk itu sudah kirim dari sana yang menangani jadi tidak ada hubung lagi.
Terkait masalah rujukan yang menurut pasien merupakan inisiatif dari Klinik Ummi Athayya tampa persetujuan, Direktur Klinik Ummi Athayya membantah bahwa pasien telah tanda tangan persetujuan.
Itu ada Persetujuan ada tanda tangan bapaknya, bapaknya sudah dijelaskan sambil ngurus BPJS, karena memang bapaknya tidak mengerti. Bapaknya memang berhap tidak dirujuk dan tetap dirawat di Klinik.
Kalau rencana Caesar, memang dilihat dari indikasi pasiennya, memang dari USG pada Januari sudah di anjurkan untuk di operasi.
Terkait dengan keterangan melahirkan dengan dipandu oleh dr.Tanti melalui sambungan telepon kepada ibunya dan tim medis, dr.Tanti membantah, bahwa tendak itu merupakan konsultasi.
Bukan dipandu, tetapi konsul lewat telepon, gimana kalau saya tidak ada pasti konsul lewat telpon.
Kami berharap kejadian ini tidak terjadi lagi, karena komunikasi klinik sejak awal dengan pasien sangat susah dijelaskan, sejak awal kontrol telah dijelaskan tetapi tidak mau perca, saya kira pasien sudah tidak mau percaya lagi dengan saya, tapi tiba-tiba datang lagi dengan kondisi seperti itu.