Hudhudnews.co, Way Kanan – Menjelang Konprensi Cabang Nahdatul Ulama (Konpercab ) Kabupaten Way Kanan yang akan berlangsung di Baradatu pada tanggal 20 Oktober banyak catatan untuk tidak 3 periodenya pimpinan PCNU Way Kanan, Minggu (17/10/2021).
Salah satu dilàkukan oleh H. A.Rohim Sidiq .S.Ag. yang memberikan catatan menjelang demokrasi NU di Way Kanan, agar MWCNU yang punya hak Suara bisa bepikir jernih. Beliau adalah adalah Anggota Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Provinsi Lampung, Demisioner Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Way Kanan, NU Kultural, dan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat JATMI.
Beberapa waktu lalu tersiar kabar yang menggembirakan para jamaah Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Way Kanan. Bahwasanya, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) setempat tidak lama lagi akan menggelar pesta demokrasi lima tahunan guna memilih pengurus yang baru, seiring akan berakhirnya masa kepengurusan lama (periode 2015-2020).
NU adalah organisasi yang besar dan tersebar di setiap penjuru Indonesia, bahkan di beberapa negara pun sudah ada Pengurus Cabang Istimewa (PCI). Di mana di dalamnya terdapat kurang lebih sembilan puluh jutaan jamaah. Kenapa NU besar? Sebab, para muasis (pendirinya) merupakan ulama-ulama besar yang keilmuannya dan kealimannya tentu tidak lagi diragukan.
Karena kebesaran dan kesakralan NU, maka saya pribadi menganggap bahwasanya apabila kita menjadi pengurus yang secara struktural tidak boleh main-main. Harus siap dan bertanggungjawab demi marwah dan kemajuan organisasi itu sendiri. Tentunya, tidak boleh asal menjadi pengurus hanya untuk sebuah level atau kebanggaan diri sendiri. NU harus mandiri, tetapi juga harus tetap bersinergi dengan pemerintahan dan lain sebagainya.
Seiring dengan perubahan zaman, NU juga harus berinovasi untuk pengembangan organisasi, mencari terobosan-terobosan demi kemandirian organisasi, serta memberdayakan badan otonom (banom) dan lembaganya. Sebab mereka adalah aset NU yang jelas pengkaderan keNU-annya.
Berkaitan dengan pesta demokrasi PCNU Way Kanan yang akan datang, kedaulatan tertinggi ada di tangan Majelis Wakil Cabang (MWC) yang menjadi perpanjangan tangan pengurus ranting dan pengurus anak ranting. Maka, siapapun yang akan dijadikan sebagai ketua, tergantung kepada kebijakan dan kesepakatan pengurus MWC.
Namun sebagai catatan, karena MWC adalah representatif dari ranting dan anak ranting yang notabene adalah para jamaah NU. Maka sudah seharusnya MWC mendengarkan aspirasi dari ranting dan anak ranting itu pula, guna menentukan pilihan.
Carilah solusi terbaik untuk menentukan pengurus periode mendatang dengan aman, damai, penuh keikhlasan, dan tanpa meninggalkan ketidaknyamanan sesama pengurus NU yang lainnya. Aklamasi dan voting adalah dua opsi yang demokratis, akan tetapi aklamasi adalah cara yang lebih praktis.(***).
Penulis adalah Anggota Majelis Alumni Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Provinsi Lampung, Demisioner Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Way Kanan, NU Kultural, dan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat JATMI.(*)
Penulis : Sandi
Editor : Fani