Bali, Hudhudnews.co. Sum-Sel
Sosok Turunan Raja Prabu Brawijaya V Raden Mas MH Agus Rugiarto SH . MH, atau biasa disapa Haji Agus Flores ini sudah tidak asing lagi dikalangan Jendral Di Mabes Polri, Minggu,(17/12/2023).
Ketua Umum ini Sangat Pandai Menghimpum Wartawan Cinta Polri , dihari Ke Lima di Bali dia berkunjung ke tanah leluhurnya di zaman Majapahit, yaitu pure agung Besakih karang asem untuk Pamit ke Tanah Leluhurnya di Bali.
” Saya salah kemarin, dan meminta maaf kepada Leluhur, seharusnya saya sampai ke Bali, harus minta restu leluhur, ” ujar Agus ke Awak Media.
Putra ketiga Pasangan R Kusnandar Sunyoto Hadinoto (Jawa Timur) dan Martha Adrias Ade (Flores NTT) ini selalu hidupnya panut dengan Kehendak Tuhan.
Bekerja harus dipenuhi dengan Doa doa. Lakukan Proses Napak Tilas di Pure Agung Besakih dengan didampingi Ketua DPW Persatuan Wartawan Fast Respon Bali, I Made Arda Oka.
I Made Arda Oka juga menyambut serta memberi apresiasi Kunjungan Ke Pure Agung Besakih.
Arda Oka menyampaikan, “di sini sempat dikunjungi pula, oleh Pejabat Negara , untuk meminta restu, termasuk Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Fast Respon Agus Floureze” .
” Semoga Tuhan Semesta Alam memberkahi Rakernas ini,” ujar Arda.
Dikonfirmasi Pula, Ayah Tercinta Agus Flores, Yakni R Kusnandar Sunyoto Hadinoto.
Menurut ayah agus, Anaknya Merupakan Kebanggaan Leluhur dan Nenek Moyangnya, sehingga dia pula menyarankan agar ke Pure Agung Besaki, untuk meminta kepada leluhur dari garis keturunan Prabu Brawijaya V, untuk merestui anaknya berada di Bali.
” Saya yang suruh anakku , minta restu dari leluhurnya disana, biar Tuhan Berkahi acara Rakernasnya,” tegas Ayah Raden Kusnandar tersebut.
Seorang Ayah Agus Flores, menjelaskan , anaknya bagian dari darah majapahit wajar penurut terhadap nenek moyangnya.
Selain itu tim Wartawan, Mengkonfirmasi kepada pemandu Wisata Pura Agung Besakih Menceritakan kisah ini.
Yu kita simak cerita sejarah pura besakih ”
Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, yang berjarak 52,1 km gadari Renon. Pura Besakih berada di lereng sebelah barat Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali. Letak Pura Besakih sengaja dipilih di desa yang dianggap suci karena letaknya yang tinggi, yang disebut Hulundang Basukih yang kemudian menjadi Desa Besakih.
Nama Besakih diambil dari Bahasa Sanksekerta, wasuki atau dalam bahasa Jawa Kuno basuki yang berarti selamat.
Selain itu, nama Pura Besakih didasari pula oleh mithologi Naga Basuki sebagai penyeimbang Gunung Mandara.
Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Disebut mother of temple karena Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali
Pura Besakih di bangun tahun 1284 oleh Resi Markandeya yang merupakan seorang pemuka agama Hindu keturunan India.
Resi Markandeya membangun Pura Besakih karena mendengar suara gaib ketika bermeditasi di Dataran Tinggi Dieng.
Ia dan pengikutnya pun sampai membelah hutan di Jawa untuk sampai ke pulau Bali. Konon di kala itu belum terdapat selat Bali seperti sekarang, karena pulau Jawa dan pulau Bali masih menjadi satu dan belum terpisahkan oleh lautan.
“Karena saking panjangnya pulau yang kita sebut sekarang dengan sebutan pulau Jawa dan pulau Bali, maka pulau ini di beri nama pulau Dawa yang artinya pulau panjang”.
Banyaknya peninggalan zaman megalitik, seperti menhir, tahta batu, struktur teras pyramid yang ditemukan di kompleks Pura Besakih menunjukkan bahwa sebagai tempat yang disucikan nampaknya Besakih berasal dari zaman yang sangat tua, jauh sebelum adanya pengaruh agama Hindu.
Pura Besakih saat ini selain menjadi tempat persembahyangan untuk umat hindu juga menjadi tempat wisata karena memiliki sejumlah daya tarik, selain keindahan alamnya juga karena dekat dengan beberapa tempat wisata yang sedang hits di Bali saat ini., seperti Taman Bunga Edelweis, Taman Jinja Bali (Taman unik ini menggunakan konsep ala Jepang )
Saat ini kawasan Pura Besakih dalam tahap penataan. Penataan dilakukan sebagai upaya perlindungan kawasan cagar budaya Pura Agung Besakih yang merupakan destinasi wisata kelas dunia. Sering terjadi apabila adanya upacara besar di Pura Besakih maka akan sangat ramai pengunjung untuk beribadah, sehingga untuk mengantisipasinya dibuat alur masuk dan keluar yang berbeda, sehingga tidak ada penumpukan, termasuk sirkulasi jalan untuk kendaraan akan diatur.
Penataan Pura Agung Besakih dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya dengan mekanisme rancang dan bangun (design and build) meliputi Area Manik Mas berupa gedung parkir setinggi 4 lantai seluas 55.201 m2 berkapasitas 66 unit bus, 1.369 unit mobil, 18 unit kios besar, dan 12 unit kios kecil. Kemudian penataan Area Bencingah berupa pembangunan kios pedagang sebanyak 358 kios dengan luas total bangunan 7.587 m2 meliputi 196 kios besar (berukuran 4 m x 6 m) dan 162 kios kecil (berukuran 2,5 m x 3 m) ” tutupnya . (arwin)