Tubaba Art Festival Edisi Ke-6 “Self & Space: Terrace Of Awareness”

oleh -54 Dilihat
oleh

 

Tulang Bawang Barat.hudhudnews.co– Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) Provinsi Lampung kembali menghelat acara Tubaba Art Festival (TAF). Ini adalah edisi yang ke-6, TAF#6 mengusung tema utama “Self & Space” yang akan dilaksanakan pada tanggal 4-6 November 2022.

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Sekolah Seni Tubaba Semi Ikra Anggara, saat menggelar Konferensi Pers di Cafe Kota Budaya Uluan Nugrik, Kelurahan Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah (TBT), Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kamis (3/11/22).

Festival ini meneguhkan dua hal yaitu persoalan diri dan ruang: hubungan antara seseorang dan hunian yang saling membentuk dan dibentuk. TAF#6 digelar secara tersebar di berbagai venue: Kota Budaya Uluan Nughik, Tiyuh-tiyuh, Studio Tanoh Nughik, Bioskop Bekas Sinar Jaya, Sessat Agung Bumi Gayo Ragem Sai Mangi Wawai dan Pasar Pulung Kencana.

Direktur Festival TAF#6, Semi Ikra Anggara mengungkapkan, festival ini diproyeksikan terwujud secara trilogis, diadakan dari tahun 2022, 2023, dan berakhir di 2024. Mengusung tema utama “Self & Space” dan sub tema tahun ini adalah “Terrace of Awareness”.

“bahwa pelataran teras, yang dibayangkan sebagai ruang terdepan dari sebuah rumah adalah tempat dimana aktivitas perkenalan/ perjumpaan bermula, maka teras menjadi pilihan untuk memulai festival sebagai undangan berkunjung: berjumpa dan bercengkerama dalam perayaan kesenian,” Ungkap Direktur Sekolah Seni Tubaba.

“Teras kesadaran adalah upaya Tubaba untuk memperkenalkan segala kesenian yang telah diracik dan dimasak hampir sepanjang tahun di dalam “Rumah Tubaba” untuk kemudian disajikan kepada para warga dan tamu festival, yang terbagi menjadi tiga menu utama: pertunjukan, pameran/ pemutaran film dan lokakarya,” Ungkapnya Semi juga selaku penyelenggara acara.

Menurutnya, ada beberapa karya berupaya membuat terobosan estetika, karya tari “Site Specifik” akan dipentaskan di pasar ikonik besutan Andra Matin, Pasar Pulung Kencana. Para penari memungut berbagai tanda yang terhampar dari ruang dan fenomena pasar, lantas dipresentasikan melalui vocabulari gerak hasil temuan mereka sendiri.

“Teater anak, adalah karya yang durasi penciptaanya paling panjang dalam festival ini, bocah-bocah berusia 6-15 tahun berlatih hampir satu tahun demi mementaskan lakon “Bunian” sebuah lakon pendidikan karakter yang memunculkan watak hantu baik yang mengajarkan respek, sopan santun, solidaritas dan kecintaan terhadap lingkungan,” Ujarnya.

Sedangkan pameran seni rupa anak, kembali akan memamerkan karya “Perjalanan Karet”, sebuah karya seni rupa lintas media berdasarkan riset kehidupan sehari-hari masyarakat petani karet di Tubaba.

“Selain ketiga karya tersebut, masih banyak beberapa penampilan kesenian, workshop dan lokakarya. Di antaranya adalah pameran keramik di Studio Tanoh Nughik, peluncuran buku antologi puisi-cerpen siswa-siswi Tubaba, pertunjukan musik dari Jogja Kembali, sebuah kelompok musik hibrida yang digawangi mahasiswa/mahasiswi Tubaba yang sedang menempuh pendidikan seni musik di Kota Jogjakarta, pemutaran film karya komunitas dan beberapa lokakarya,” Ulasnya. (santoso)